Wonderful NTT (Part 1)

Suntuk ? Bosan ? Pengen refreshing ?
Traveling & kuliner bisa jadi solusinya loh.

Masih bingung destinasi wisata buat traveling kamu ?
NTT bisa jadi solusinya, kawan.

Wonderful NTT
Yap, Nusa Tenggara Timur punya keistimewaan dan keunikan tersendiri bagi para traveller.
Saya akan bagikan kisah saya selama traveling di NTT.

Destinasi awal saya sampai di NTT adalah Gunung Kelimutu, dimana gunung berapi tersebut memiliki keistimewaan yaitu 3 kawah dengan warna yang berbeda-beda.
Letak gunung tersebut berada di Ende (sebuah kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur).
Oleh karena itu, hari pertama, saya melakukan perjalanan menuju Ende. Setelah sampai di kota, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil menuju Moni. Perjalanan ini ditempuh selama 1,5 jam dengan kondisi jalan yang baik dan sudah beraspal, hanya saja jalanannya berkelok-kelok.
Moni adalah desa terdekat sebelum menuju Taman Nasional Kelimutu. Malam harinya saya beristirahat di salah satu penginapan di Moni. Pukul 03.30 saya bergegas untuk menuju Taman Nasional Kelimutu, perjalanan ditempuh dengan menggunakan mobil selama 1 jam. Tiket masuk Taman Nasional Kelimutu sebesar Rp. 5000,- per orang untuk turis domestik. Setelah sampai di parkiran, para wisatawan harus berjalan menuju puncak Gunung Kelimutu. Jalan kaki ini akan ditempuh selama 45 menit dengan medan yang tidak terlalu sulit menurut saya. Walaupun suhu udara sangat dingin, saya tempuh perjalanan dengan semangat dan berharap tidak ketinggalan sunrise. Sesampainya di puncak, saya melihat sudah banyak turis yang menunggu sunrise. Dan pada pukul 05.30 , sunrise yang ditunggu-tunggu mulai muncul dan ketiga kawah menakjubkan Kelimutu mulai terlihat. Sungguh indah karya ciptaan-Nya.



Menanti Munculnya Matahari di Gunung Kelimutu









Kawah Kelimutu


















Setelah matahari muncul, kami semua yang berada di puncak takjub akan indahnya alam Indonesia di Kelimutu. Sembari menikmatinya, beberapa wisatawan memesan segelas teh/kopi pada penjual minuman di puncak. Dari atas puncak tersebut, ketiga danau kawah yang warnanya berbeda-beda terlihat seluruhnya. Dua dari tiga danau tersebut terletak berdekatan, sedangkan danau lainnya berada di sisi yang berbeda. Menurut penduduk sana, warna danau tersebut dapat berubah-ubah dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Saat saya berada di puncak, beberapa orang juga menceritakan hal-hal unik dari danau tersebut.
 


Setelah mengabadikan beberapa foto, pukul 06.00, saya turun dari puncak. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju daerah lain di NTT.
Destinasi di Ende yang juga terkenal selain Kelimutu adalah Rumah Pengasingan Bung Karno. Oleh karena itu saya harus kembali menempuh perjalanan ke kota selama 1,5 jam, karena letak rumah pengasingan tersebut berada di Kota Ende. Di perjalanan, saya mampir di Pasar Moni untuk membeli jeruk, karena bau dari jeruk membantu saya supaya tidak mabuk di jalan.
Pasar Moni

Setelah membeli jeruk, saya melanjutkan perjalanan menuju kota. Di tengah jalan, mobil yang saya tumpangi terpaksa harus berhenti, karena ada pembuatan jalan, sehingga jalan yang kami lewati harus dibuka dan ditutup pada waktu tertentu. Seluruh mobil yang akan menuju kota pun harus antri menunggu jalan dibuka. 
Di sebelah tempat mobil saya berhenti, terdapat sebuah warung kecil, sambil menunggu dibukanya jalan, saya mampir untuk membeli nasi bungkus di sana. Sederhana memang masakannya, tapi rasanya luar biasa. Ngangeni banget. 
Seusai makan, saya masih harus menunggu jalanan dibuka. Dan saat melihat antrian mobil saat itu, saya melihat kendaraan khas yang sering digunakan di daerah NTT. Kendaraan tersebut berupa truck yang di dalamnya terdapat beberapa kursi kayu. Kursi tersebut digunakan sebagai tempat duduk penumpang yang akan diangkut oleh truck. Kendaraan khas ini dinamai Otto Kayu.
Otto Kayu
Setelah menunggu sekitar 45 menit, jalan akhirnya dibuka dan saya kembali melanjutkan perjalanan. Karena keterbatasan informasi, saya tidak tahu kalau ternyata rumah pengasingan tersebut ditutup, sehingga saya hanya bisa melihat Rumah Pengasingan Bung Karno dari luar pagar saja. Saya hanya bisa memotret rumah tersebut dari luar pagar.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Walaupun begitu, saya tetap harus melanjutkan perjalanan. Selanjutnya saya menuju ke arah Bajawa (Kabupaten Ngada, NTT). Perjalanan saya tempuh dalam waktu 4 jam menggunakan mobil dengan kondisi jalan yang bagus dan beraspal namun tetap berkelok-kelok. Di Bajawa, saya mengunjungi sebuah kampung adat dimana di dalamnya masih tersimpan bentuk rumah adat yang sangat khas. Kampung tersebut bernama Kampung Adat Bena. Seusai mengisi buku tamu, saya mengelilingi kampung tersebut. Sambil berkeliling, saya melihat bahwa penduduk di kampung tersebut sangat ramah, mereka tersenyum kepada setiap wisatawan yang mengunjungi mereka. Kegiatan yang dilakukan sebagian besar dari mereka adalah menenun kain dan mengolah kopi.
 
Warga Kampung Adat Bena sedang membungkus biji kopi

Kampung Adat Bena
Saya sangat menikmati perjalanan berkeliling Kampung Adat Bena, tidak lupa saya juga mengambil beberapa foto untuk disimpan sebagai kenang-kenangan dari kampung yang menakjubkan ini. Setelah berpamitan pada beberapa penduduk, saya kembali melanjutkan perjalanan.....
(to be continued)






 






























No comments:

Post a Comment