Penggolongan Obat

 Beli obat keras secara online (daring), boleh nggak sih?!

Akhir-akhir ini, marak terjadi kasus penjualan obat keras secara bebas melalui daring.
Jadi, sebenernya boleh nggak sih ?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut,
Yuk bahas singkat mengenai penggolongan obat sintetik di Indonesia dan dimana kita bisa membelinya.

Secara umum, penggolongan obat dibagi menjadi:


1. Obat Bebas

 

 

 

 

 


- Tanda (logo) obat bebas berupa lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.

- Obat dijual bebas di pasaran (bisa dibeli di Apotek ataupun Toko Obat berijin)

- Dapat dibeli tanpa resep dokter.

2. Obat Bebas Terbatas

 

- Tanda (logo) Obat Bebas Terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam.

- Obat dijual bebas di pasaran (bisa dibeli di Apotek ataupun Toko Obat berijin) dan disertai dengan peringatan*

-Dapat dibeli tanpa resep dokter dalam jumlah terbatas

 

3. Obat Keras

 

 - Tanda (logo) berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam, dengan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi

- Hanya boleh dibeli di Apotek

- Harus dengan resep dokter 


Sumber gambar: pribadi

 


  

 

 

 

Sumber gambar; pribadi

Contoh Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Keras di pasaran

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat Keras









 Sumber tabel: edit pribadi 


Obat keras dilarang dibeli secara online tanpa resep dokter.  

Apabila pasien  memiliki e-prescription ataupun resep (hardcopy) kemudian membeli melalui platform online. Maka, ketika obat keras tersebut diantarkan, resep dapat diambil dari pasien. Obat Keras harus menggunakan Resep Dokter.

 Mengenai pengawasan obat dan makanan yang diedarkan secara daring, diatur dalam Peraturan BPOM nomor 8 tahun 2020.

 

Sumber informasi:

http://pionas.pom.go.id/ioni/pedoman-umum

https://www.pom.go.id/files/2016/brem.pdf



Pengelompokkan Obat Bahan Alam di Indonesia

 Akhir-akhir ini banyak sekali berita mengenai klaim khasiat Obat Herbal ya??!!

 Jadi sebenernya bagaimana sih pengelompokkan Obat Herbal berdasarkan klaim khasiatnya??

Di Indonesia sendiri, Obat Herbal (Obat yang berasal dari bahan alam) dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Jamu

Jamu merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

2. Obat Herbal Terstandar/ OHT

OHT merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi.  

 3. Fitofarmaka

Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.

 

Sumber tabel: edit pribadi
 
Sumber tabel: edit pribadi
 

 

 

Kadang Kala Tak Mengapa untuk Tak Baik-Baik Saja

 Siapa nih yang ngebaca judulnya sambil nyanyi ? hehehe

 Judul ini memang aku ambil dari sebuah lirik lagu Fiersa Besari- Pelukku untuk Pelikmu.
Entah kenapa lirik ini bagus banget. 

---------------------------------------

Temen-temen pernah nggak sih merasa kadang eksistensi kita di dunia ini hanya untuk memenuhi standar orang lain?

Seringkali kita berlari untuk mengejar hal yang bukan jadi tujuan murni diri kita, tapi mengejar pencapaian yang sama seperti yang dicapai orang lain yang mungkin sebenernya itu hanya untuk penuhi standar terhadap pandangan diri dari orang lain.

Seringkali kita  merasa tidak baik-baik saja, 

gagal,

sedih,

kecewa,

tapi, kita berlagak seakan baik-baik saja karena kita nggamau orang lain lihat kita lemah.                  

orang lain lihat kita sedang di titik terendah.

orang lain lihat kita nggak bisa melakukannya. 

 -------------------------------

Temen-temen, 

nggak apaapa kok kalo nggak sedang baik-baik saja. 

Kita juga manusia, punya hati dan emosi.

Justru perasaan sedih, kecewa, dan tangisan itu pantes banget diluapin, nggak disimpen di dalem diri, karena itu toxic buat diri kita sendiri. 

nggak apa-apa kok gagal, 

besok coba lagi yah:)

nggak apa-apa kok sedih, 

luapin aja, tapi jangan berlarut-larut ya,

banyak kesempatan untuk berbahagia yang kamu hilangkan loh saat bersedih terus-terusan

nggak apa-apa kok nggak harus jadi yang terbaik di tempat kamu bekerja atau sekolah,

kamu nggak harus jadi nomer 1 dimata orang lain, karena tiap orang punya standar berbeda memandang pencapaianmu. yang perlu kamu yakinkan dalam diri adalah terus berusaha untuk menjadi nomer 1 menurut kamu, berusaha yang terbaik di hari esok untuk lebih baik dari kamu yang kemarin atau hari ini.

๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

 

Mengeluh, Itulah Mimpiku dalam 5 Tahun Kedepan

Sebelum lulus di setiap jenjang pendidikan, aku selalu punya sebuah mimpi.
Hal ini dimulai sejak aku SMP.
Dikala aku masih memakai baju putih-biru, aku mencoba bertanya pada diriku,
Nanti di SMA aku ingin menjadi seperti apa ya?
Nanti di SMA aku ingin meraih apa ya?

Kala itu, mimpiku sederhana..
Mimpiku hanya sekedar ingin masuk SMA tanpa biaya masuk dan ingin berprestasi sehingga dapat beasiswa๐Ÿ˜Š
Meskipun orang tuaku tidak pernah menuntut apapun, aku menyadari bahwa aku diberikan kesempatan mengemban ilmu pengetahuan dengan baik. Inilah yang kumanfaatkan untuk berjuang meraih mimpiku.

Untuk mendapatkan bebas biaya masuk SMA, aku harus meraih prestasi baik, bisa dalam kegiatan akademik, maupun non akademik.
Di akhir masa SMP, aku bersyukur meraih peringkat baik dalam bidang akademik, walaupun bukan yang terbaik, namun akhirnya aku masuk SMA dengan potongan 50% biaya masuk. Walaupun tidak sesuai mimpi awal, namun aku tetap mensyukurinya, karena semasa berjuang 3 tahun di SMP aku juga merasakan berbagai rintangan yang bahkan aku tidak menyangka aku bisa menyelesaikannya dengan baik.

Waktu berjalan cepat, di awal masa SMA, aku meraih "mimpiku" itu, aku masuk peringkat paralel di sekolah, dan mendapatkan beasiswa potongan uang sekolah. Namun, itu hanya di semester awal, lagi-lagi aku harus jatuh bangun dan berusaha menghadapi tantangan yang ada. Aku sempat demot dan merasa sangat tertinggal jauh dari teman-temanku ketika aku masuk jurusan IPA saat itu. Nilaiku mulai berantakan, bahkan aku sering menangis ketika aku tidak bisa mengerjakan mata pelajaran tertentu.
Tapi, dari situ aku banyak belajar. Aku yang mungkin daridulu selalu dapat yang bagus-bagus, kadang hidup tidak semulus itu, ada kalanya diri ini merasa jatuh dan jauh dari ekspektasi yang diinginkan.

Seiring berjalannya waktu, aku mencoba berdamai dengan keadaan. Waktu terus beranjak dan aku mulai memikirkan lagi mimpiku..........
Nanti aku mau kuliah dimana ya?
Nanti aku ingin jadi apa ya?

Kala itu, aku mengidam-idamkan kuliah di PTN. Di tahun terakhir SMA, aku mulai mencari tahu berbagai cara bagaimana bisa masuk di universitas yang kuinginkan. Aku membuat berbagai skema untuk dapat masuk di PTN. Mulai dari menyusun strategi untuk SNMPTN, belajar persiapan SBMPTN, hingga mencari berbagai informasi untuk jalur mandiri di PTN. Lagi-lagi aku bersyukur karena diberi much more than I deserve. Aku tidak berkuliah di universitas yang aku impikan itu, tapi bersyukur diterima di PTN "yang katanya" Terbaik Bangsa.

Hari ini, aku hampir menyelesaikan studiku di bangku kuliah. Seperti biasa, aku punya mimpi. Tapi mulai saat ini, aku akan membuat mimpiku itu adalah "mimpi 5 tahunan". Karena, ga selamanya aku menempuh "jenjang pendidikan" kan dalam kehidupan ini? hehehe.


Mimpiku 5 tahun kedepan adalah mengeluh  .
Iya benar,


Aku bermimpi mengeluhkan "ah ternyata sulit juga ya kuliah pascasarjana di Eropa ini".
Sebuah mimpi yang tinggi, tapi tidak ada salahnya bermimpi tinggi bukan? hehehe
Semoga 5 tahun lagi saat aku menulis blog ini, aku bisa menulisnya ditemani coklat hangat dan turunnya salju di benua tetangga ya ๐Ÿ˜Š

Menjelajah Negeri Orang (part 3)

Setelah flight selama 3 jam dari Bangkok, kami sampai di Negeri 1001 Larangan...
.
.
Yap, SINGAPURA!!
Maskot Singapura - Merlion Park (dokumentasi pribadi)

Menjelajah Negeri Orang (part 2)

Di hari kedua, kami bangun pagi-pagi lalu mempersiapkan diri kami menuju Grand Palace , yang merupakan Istana Kerajaan. Kami memilih menggunakan grab dengan jarak kurang lebih 3 km dari hotel dan membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dengan harga 60 baht. Tempat ini buka mulai pukul 08.30 pagi dan harga tiket masuknya sebesar 500 baht/orang. Apabila mengunjungi tempat ini, pengunjung harus mengenakan pakaian yang sopan. Sebelum jalan menuju Grand Palace, kami turut berkeliling melalui Wat Phra Kaew yang letaknya 1 wilayah dengan Grand Palace. Setelah 2 jam kami berkeliling disana, kami melanjutkan perjalanan menuju Wat Pho.

Wat Phra Kaew
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyantap makan siang di pinggir dermaga dekat Grand Palace. Kami makan masakan Thailand yang sangat terkenal yaitu TomYum. Setelah kenyang, kami naik Thuk-Thuk menuju Wat Pho. Letak Grand Palace dan Wat Pho sangat dekat dan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 5 menit dan  harga jasa Thuk-Thuk yang digunakan kurang lebih 80 baht.
Wat Pho
Harga tiket masuk Wat Pho sejumlah 20 baht/orang. Di dalam Wat Pho terdapat Reclining Buddha yang sangat terkenal. Di dekat  Reclining Buddha disediakan wadah koin dimana dikisahkan apabila turis mengisi wadah tersebut dengan koin dan sesuai dengan jumlah wadah maka turis akan mendapatkan keberuntungan.

Seusai mengelilingi Wat Pho dan mengambil sejumlah foto, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Wat Saket. Disana kami hanya berfoto-foto sebentar dan membeli coconut ice cream. Ketika hari menjelang sore, kami bersiap-siap menuju ke Chinatown. Disana banyak dijual berbagai macam bahan-bahan alam yang dikeringkan. Disana kami membeli Bakpao seharga 20 baht, rasanya enak sekali, menemani jalan-jalan kami di sore itu. Setelah berkeliling di Chinatown, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Patpong Night Market. Hampir sama seperti night market lainnya, Patpong sangat ramai dikunjungi para wisatawan., disana dijual berbagai macam tas, sepatu, jam tangan , dan berbagai macam barang lain dengan harga yang relatif murah. Tidak lama kami berjalan-jalan disini, tiba-tiba hujan turun deras sekali, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu hujan sambil makan di Burger King dekat Patpong Market. Nampaknya hujan saat itu berlangsung cukup lama, sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel dan makan malam di daerah Khaosan Road. Malam itu, kami membeli Pad Thai, Kebab, dan Udang Bakar. Kami menikmati suasana hujan di malam hari sambil bersantai di teras depan hotel.
.
.

Setelah beristirahat semalaman, kami melanjutkan perjalanan kami keesokan harinya. Kami memindah barang-barang kami ke hotel yang terkenal di Bangkok, yaitu Baiyoke Hotel yang terletak di daerah Platinum Mall. Setelah menitipkan barang kami disana, kami pergi menuju mall-mall yang terkenal di Bangkok, kami pergi menuju Siam Center, Siam Paragon, dan MBK Mall. Mall-mall ini letaknya berdekatan dan dapat dijangkau dengan jalan kaki. Setelah jalan-jalan cukup lama di dalam mall, kami kelelahan dan menikmati Es Krim Swensens.
Baiyoke Hotel

Es Krim Swensens
Saat itu, kami juga makan di Noodle House, ramennya enak sekali dan harganya tidak mahal!!!!
Menu di Noodle House (lupa nama menunya hehe)

Noodle House
Ketika hari mulai sore, kami pergi menuju Golden Mountain, sebuah vihara yang letaknya tidak jauh dari pusat perbelanjaan tersebut. Untuk dapat sampai ke bagian puncaknya, kami harus menaiki anak tangga yang cukup banyak sambil melihat indahnya kota Bangkok dari atas. Seusai dari sana, kami menuju Kuil Erawan, sebuah tempat yang sangat terkenal di kota Bangkok.  Kemudian di malam hari, kami menikmati santap malam di daerah Pratunam Market sekaligus jalan-jalan dan membeli oleh-oleh disana. Pratunam Market terletak persis di depan hotel Baiyoke, sehingga tempat ini dapat diakses dengan jalan kaki.

Golden Mountain

Cukup melelahkan jalan-jalan seharian, sehingga kami beristirahat di Hotel Baiyoke dan keesokan harinya kami flight ke destinasi selanjutnya!!! Kemana tuh?? Nah kisah selanjutnya ada di part 3 ya!!! hehehe
.
.
NB: hati-hati saat menggunakan jasa thuk-thuk di Bangkok, karena ada beberapa supir yang menawarkan harga sangat murah, namun ternyata turis dibawa ke beberapa tempat yang menjadi sponsor thuk-thuk tersebut, turis diminta untuk mengunjungi toko tersebut (dan diusahakan untuk membeli barang dari sana). Apabila turis membeli dari tempat tersebut, thuk-thuk akan diberi reward berupa isi bensin gratis. 


Menjelajah Negeri Orang (part 1)


Kali ini aku diberi kesempatan untuk menginjak tanah milik negara tetangga
Negara ini terkenal dengan makanannya yang sangat bervariasi dan enak
Makanan khasnya adalah Mango Sticky Rice dan Pad Thai
.
.
yap,THAILAND!!!!
.
.
.
Setelah melalui beberapa jam perjalanan menggunakan pesawat, hari pertama aku sampai di Bandara Internasional Don Mueang Bangkok sekitar pukul 8 malam (waktu Thailand sama dengan Waktu Indonesia Barat). Sesampainya di bandara, aku segera membeli kartu sim dan mengaktifkannya agar aku dapat menggunakan akses internet selama disana. Dengan harga kurang lebih 80 ribu rupiah, kartu sim sudah aktif dan dapat digunakan selama seminggu dengan kuota 10GB. Kemudian dari bandara aku pergi ke tempat penginapan di daerah Khaosan Road menggunakan grab dengan harga kurang lebih 120 ribu rupiah( jaraknya cukup jauh, kurang lebih 20 km).
Setelah sampai Khaosan Road, kami berkeliling menyusuri jalanan tersebut dan menemukan banyak sekali makanan yang menarik!! Saat itu adalah malam minggu, jalanan ini sangat ramai dan dipenuhi turis. Di kanan dan kiri jalan banyak terdapat penjual makanan, pakaian, dan berbagai macam minuman. Makanan yang dijual beraneka ragam dan sangat enak, terdapat juga makanan khas Thailand seperti Pad Thai, Mango Sticky Rice, Coconut Ice Cream, dan sebagainya. Kami mencicipi Pad Thai disana yang harganya relatif murah, sekitar 45-60 baht (1 baht seharga kurang lebih 400 rupiah) dan coconut ice cream dengan harga kurang lebih 50 baht.
Setelah menyusuri sepanjang Jalan Khaosan Road, kami kelelahan dan menginap di Hotel Sawasdee Banglumpoo Inn. Hotel di daerah Khaosan Road terbilang cukup banyak dan harganya sangat bervariasi.

.
.

Makanan yang Dijual di Khaosan Road
Pad Thai Sebelum Digoreng


Khaosan Road

Pagi harinya, kami menggunakan grab menuju Wat Benchamabophit, sembari menunggu jam menunjukkan pukul 9 pagi , karena kami berencana mengunjungi Chatuchak Market yang baru buka pukul 9 pagi. Perjalanan dari hotel menuju Wat Benchamabophit membutuhkan biaya kurang lebih 25 ribu rupiah menggunakan grab. Wat Benchamabophit terlihat sangat indah dan di sampingnya terdapat sungai, disana banyak orang menjual ikan lele untuk dapat dilepaskan di sungai tersebut. Seusai berkeliling dan mengambil beberapa foto dalam waktu kurang lebih 40 menit, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Chatuchak Market. Perjalanan ini cukup jauh dan menghabiskan biaya kurang lebih 70 baht dan perjalanan kurang lebih 18 menit. Selama perjalanan, kami bercakap-cakap dengan supir grab menggunakan google translate. Meskipun agak sulit, namun kami senang dapat saling bercakap-cakap dan memperoleh beberapa informasi tentang wisata di Bangkok. Pasar Chatuchak yang kami kunjungi, hanya buka saat weekend, pasar ini sangat ramai dan harga barang-barangnya relatif murah. Sesampainya disana, kami makan di dalam pasar, kemudian membeli Thai Tea (seharga kurang lebih 12 ribu). Thai tea terasa sangat enak di negara asalnya!!
Kami berkeliling dan membeli berbagai macam oleh-oleh. Chatuchak Market benar-benar terlihat sangat menyenangkan apabila para wanita berbelanja di sana. Warna-warna dan model pakaiannya sangat menarik. Harganya juga relatif murah dan masih bisa ditawar.Selain pakaian, pedagang di sana juga menjual bumbu masak makanan khas Thailand, selain itu, terdapat juga tempat makan yang di kanan dan kirinya terdapat penjual udang goreng, Pad Thai, sosis bakar, dan sebagainya. Sangat menyenangkan sekali berkeliling di Pasar Chatuchak.

Wat Benchamabophit



Makanan yang Dijual di Pasar Chatuchak

Selanjutnya, kami menuju BTS (Sky Train) Mo Chit Station yang letaknya tidak jauh dari Pasar Chatuchak. Dalam perjalanan ke BTS Mo Chit, kami melihat dan mampir sebentar ke Police Station yang ada di dekat Pasar Chatuchak. Disana kami bertanya mengenai jalur BTS dan diberi brosur peta BTS dan MRT di Bangkok. Setelah keluar dari Police Station, kami segera menuju BTS Mo Chit (menaiki tangga dan jembatan penyebrangan) kemudian membeli tiket ke arah BTS Saphan Taksin dengan harga kurang lebih 25 ribu/orang. Kami berhenti di BTS Saphan Taksin karena disini juga dekat dengan dermaga yang menyediakan boat untuk menuju Wat Arun. Sebenarnya, tidak harus menggunakan boat untuk menuju Wat Arun. Bahkan, dari Chatuchak Market pun dapat menggunakan grab langsung ke Wat Arun (harga relatif lebih murah). Namun, kami ingin menambah pengalaman menggunakan BTS milik kota Bangkok dan menyusuri sungai Chao Phraya  (sungai terpanjang di Thailand), sehingga kami memilih untuk menggunakan BTS kemudian dilanjutkan menggunakan boat. Saat di dermaga, boat yang akan digunakan oleh pengunjung dipisahkan berdasarkan warna benderanya. Apabila warnanya berbeda, maka tujuan akhir boat juga berbeda. Kami memilih boat dengan bendera berwarna orange, karena kami ingin menuju ke Wat Arun. Cukup dengan harga 15 ribu/ orang kami dapat menyusuri Sungai Chao Phraya kurang lebih 15 menit untuk sampai di Wat Arun.
Sungai Chao Phraya

Wat Arun

Setelah sampai di Wat Arun, kami harus membayar tiket masuk sejumlah 50 baht/ orang. Disana kami berkeliling dan mengambil sejumlah foto. Wat Arun terlihat sangat bagus dengan hiasan di sekeliling dindingnya. Biasanya, Wat Arun terlihat lebih indah saat malam hari dan dilihat dari boat sambil menyusuri sungai Chao Phraya. Setelah berkeliling kurang lebih 1,5 jam disana, kami kembali menuju dermaga Saphan Taksin menggunakan boat dengan membayar biaya kurang lebih 25 ribu/orang. Setelah sampai di dermaga Saphan Taksin, kami menuju Asiatique menggunakan boat (gratis), boat yang kami gunakan merupakan fasilitas dari Asiatique sendiri yang rutin menjemput penumpang setiap hari sekitar pukul 4 sore. Dalam waktu kurang lebih 15-20 menit, kami sampai di Asiatique dan menikmati sore di sana. Asiatique sangat cocok untuk tempat nongkrong bersama keluarga. Di dalamnya tersedia banyak sekali makanan yang menggiurkan, seperti durian, bakar-bakaran sosis dan jagung, serta berbagai macam makanan-makanan berat lainnya. Tidak hanya makanan, di sana terdapat berbagai macam mainan anak-anak, seperti robot-robotan, boom-boom car, dan bianglala. Di dalamnya juga terdapat spot-spot foto yang sangat instagramable. Ketika hari mulai malam, kami kembali pulang ke tempat penginapan di daerah Khaosan Road menggunakan grab.
Asiatique